Euforia para pencinta bola di tanah air selama perhelatan Piala AFF 2010 sungguh luar biasa. Tak terkecuali Minggu (19/12) lalu, saat Indonesia melawan Filipina pada laga kedua semifinal. Inilah kisah-kisah di balik pertandingan gegap gempita itu.
MINGGU siang (19/12) lalu, waktu masih menunjuk pukul 13.00. Saat itu, suasana di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) sudah begitu padat dengan para pencinta bola. Berjalan pun susah.Area jogging track dan sekitarnya yang biasanya lengang siang itu berubah menjadi lautan merah oleh baju para pencinta bola yang kebanyakan mengenakan atribut serbamerah, warna kebanggaan tim Merah Putih.
Suasana semakin gegap gempita karena mayoritas di antara puluhan ribu suporter itu terus bergerak sambil memainkan bunyi-bunyian yang dibawa.
Ada yang meniup terompet, ada yang menabuh drum, ada pula yang terus menyanyikan lagu-lagu penyemangat pertandingan.
Suasana meriah tersebut sama sekali tak terpengaruh perubahan cuaca yang kadang begitu gerah dengan sengatan matahari, tapi tak begitu lama kemudian gerimis datang mengguyur.
Begitulah situasi menjelang perhelatan laga kedua semifinal Piala AFF 2010 antara Indonesia melawan Filipina. Puluhan ribu pendukung timnas Indonesia menyemut di sekitar SUGBK untuk memberikan dukungan.
Pertandingan untuk merebut tiket final itu dimulai pukul 19.00. Pukul 17.30, para penggila timnas mulai memasuki SUGBK. Tapi, karena terbatasnya kapasitas stadion, tentu tak semua bisa masuk stadion untuk menyaksikan jalannya pertandingan. SUGBK hanya berkapasitas maksimal 83 ribu orang.
Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, mengingat usia SUGBK yang cukup tua, panpel (panitia pelaksana) hanya mencetak 72 ribu lembar tiket. Padahal, di luar perkiraan, peminat pertandingan hari itu mencapai 150 ribu orang.
Untuk mengobati kekecewaan suporter yang gagal mendapatkan tiket, panitia memasang tiga layar lebar di sekitar SUGBK. Mereka pun nobar (nonton bareng) di tempat tersebut. Nah, di dalam stadion, suasana pun penuh sesak. Dari pengamatan Jawa Pos (induk Jambi Independent), karena kurang tegasnya panpel, banyak penonton “liar” yang masuk. Ditengarai, kebanyakan polisi yang berjaga malah “menyelundupkan” sanak keluarga dan koleganya ke dalam stadion. Ada juga petugas yang “tak kuat iman” dan mau menerima sogokan dari suporter yang tidak mendapat tiket agar bisa masuk.
Menurut salah seorang panpel, banyaknya anggota rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga membawa sanak keluarga dan kolega untuk nonton gratisan di kursi VIP juga memperparah sesaknya SUGBK. Menurut sumber Jawa Pos, awalnya jumlah resmi anggota rombongan SBY adalah 225 orang. Tapi, karena banyak yang membawa “buntut” (mengajak serta anggota keluarga dan kolega), jumlah tersebut membengkak menjadi dua kali lipat. Dampaknya, banyak penonton yang sudah membeli tiket tidak kebagian tempat duduk.
Beberapa di antara mereka yang terusir dari kursi VIP tersebut adalah para artis. Kursi yang mereka pesan ternyata sudah diduduki orang lain yang diduga nonton gratisan itu.
Akibatnya, beberapa artis itu pun “keleleran”. Di antaranya, artis seksi Julia Perez, Cici Paramida, dan Siti Rahmawati (Siti KDI). Mereka rela berdiri selama 90 menit di pojok tribun media untuk melihat perjuangan timnas Merah Putih. Ada pula Manohara Odelia Pinot yang menonton bersama ibunya.
Mereka rela berimpitan dengan penonton lain di sisi depan tribun media. Pada pertandingan pertama (16/12), ibu Manohara sempat beradu mulut dengan beberapa wartawan karena tidak mau disuruh pindah dari kursi wartawan. Kejadian itu sempat menjadi perhatian puluhan awak media di tribun.
Aktor Jeremy Thomas yang menonton bersama salah seorang putranya rela duduk ndeprok di antara lorong kursi tribun media. “Tidak apa-apa. Demi bisa menyaksikan timnas kita, saya rela seperti ini. Sebetulnya saya memiliki tiket VIP. Tadi saya sempat ke area VIP, tapi ternyata sudah penuh,” ungkap Jeremy yang hari itu mengenakan kostum timnas merah. Sepanjang pertandingan, dia berkali-kali meneriaki penonton di depannya yang sering tiba-tiba berdiri ketika terjadi hal-hal menarik di lapangan.
Sisi lain yang menarik dalam laga kedua semifinal Minggu malam lalu adalah pengakuan kapten timnas Firman Utina.
Gelandang klub Sriwijaya FC itu mengaku, beberapa menit sebelum pertandingan, lutut kanannya harus disuntik empat kali oleh dokter tim untuk menghilangkan rasa sakit karena cedera yang dialami.
Sehari sebelum laga, roh lini tengah timnas itu dikabarkan tidak bisa bermain karena mendapat cedera pada laga pertama. “Saat disuntik, sakitnya luar biasa. Tapi, setelah itu, rasa sakit saya hilang dan bisa bermain penuh selama 90 menit,” ujar Firman kepada Jawa Pos di sela jamuan oleh keluarga Bakrie kemarin siang di kawasan Menteng. “Tapi, setelah pertandingan, sakitnya datang lagi. Saya tidak bisa berjalan normal. Kaki saya serasa pincang. Tapi, demi tugas bangsa, apa pun akan saya lakukan,” tegasnya.
Sementara itu, “kegilaan” suporter Indonesia dalam mendukung langsung membuat beberapa pilar timnas Filipina kepincut ingin menjajal kompetisi liga Indonesia. Di antaranya, trio jebolan akademi Chelsea, Philip dan James Younghusband serta kiper Neil Etheridge yang saat ini tercatat sebagai penjaga gawang ketiga klub Premier League Fulham.
Ditemui di mixed zone setelah pertandingan Minggu malam lalu, Philip dan James menyatakan tertarik untuk merumput di Indonesia. “Tentu saja!” ujar Philip ketika ditanya apakah dirinya tertarik bermain di Indonesia.
Dengan antusias dia malah balik bertanya, “Klub mana?” Etheridge yang berdiri tak jauh dari Philip yang juga mendengar langsung menyaut, “Bagaimana dengan saya? Penonton di sana luar biasa. Amazing. Ini pengalaman luar biasa bagi saya.”
Kiper jangkung itu mengungkapkan, kontraknya di Fulham akan habis pada akhir musim ini. Kiper 20 tahun tersebut mengaku sedang mempertimbangkan untuk hengkang ke klub baru agar bisa bermain secara reguler. Sebab, di Fulham, dirinya hanya ditempatkan sebagai kiper ketiga. Tahun lalu, dia dipinjamkan ke Leatherhead, sebuah klub divisi regional di Inggris. Siapa berminat?(*)
sumber : jambi independent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar